Bantu
Pendidikan Anak-Anak Indonesia dengan Akun Media Sosialmu
Oleh
RioRio
Hidup itu pilihan,
memang. Terdengar klise, tapi benar adanya. Berawal dari kecintaan akan biji
kopi, saya membuat 1 akun disalah satu sosial media yakni twitter karena ingin
menjadi followers sebuah warung kopi sederhana yang mengusung konsep unik
seperti sebuah klinik. Iya, pertengahan Desember, saya membuat 1 akun twitter
dan langsung following @klinikkopi untuk mengetahui berbagai macam jenis kopi
yang dijual, jam operasionalnya, mempelajari kopi dan penyajiannya yang benar
dari kultwit-kultwitnya.
Saya juga memperhatikan bahwa ada
yang cukup unik dari akun twitter @klinikkopi ini. Apa itu? Si Pemilik akun,
mas Pepeng, selalu rajin me-retweet kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan
beberapa komunitas pecinta dunia pendidikan. Dan saat saya menulis artikel ini
@klinikkopi sudah mempunyai 2632 followers. Jadi sekalinya me-retweet, ada 2632
followers yang siap menerima informasi tersebut. Rantai-berantai, itu
keunggulan menjadi aktif di akun sosial media. Mengapa? Dari ribuan followers
@klinikkopi, diantaranya ada juga yang memiliki ribuan followers. Saya
contohkan disini, seperti akun twitter @ardhi_qeju dengan 1459 followers
pendukung komunitas @cacjogja, @fanbul salah satu penggiat sosial di
@saungmimpi dengan 4870 followers, @marcokilima salah satu pendiri BUP ( Buku
untuk Papua ) Jogja dengan 612 followers, dan masih banyak akun twitter yang
lain. Itu berarti semakin meluaslah informasi-informasi hasil dari re-tweet
berantai tersebut.
Kembali ke dunia pendidikan.
Ternyata mulai banyak kawula muda yang menggunakan keuntungan positif akun
media sosial ini yang digunakan oleh penggerak-penggerak muda sebagai sarana
untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan anak bangsa. Berikut beberapa contoh
akun twitter mereka yang bergerak dan fokus di dalam dunia pendidikan:
1. @cacjogja
Awal saya mengetahui komunitas ini, saat datang
pertama kali ke @klinikkopi. Mas Pepeng, si pemilik klinik kopi, selalu
menunjuk 1 celengan dari seng berwarna dasar krem muda dengan bentuknya
silinder memanjang keatas bergambar anak-anak sedang bersekolah. Di gambar itu,
tampak senyum kegembiraan diwajah mereka. Mungkin karena bisa bernafas lega
bisa terus melanjutkan sekolah.
Tag line mereka cukup menarik: Receh nggak Remeh!
Seperti
kepanjangannya cac adalah coin a chance. Komunitas ini mengumpulkan koin-koin
dari donatur dengan cara menaruh puluhan celengan kecil ke berbagai hotel,
restoran, atau café-café. Istilah mereka, dropping point, lalu mengambilnya
setiap bulan untuk disalurkan kepada anak-anak yang kurang mampu dari tingkat
SD hingga SMP. Menarik sekali bukan? Dari hanya sekedar recehan, mampu untuk
membiayai sekolah anak-anak kurang mampu.
2. @saungmimpi
dan @kelasinspirasi
2 akun ini bergerak dikegiatan sosial yang hampir
sama, yaitu: berbagi inspirasi lewat profesi , kalimat ini adalah tag line
dari: @kelasinspirasi, kepada anak-anak khususnya tingkat sekolah dasar .
Sesuai tag line masing-masing akun, untuk
@saungmimpi, sebagai berikut: kegiatan sosial berbentuk sekolah keliling yang
mengajak anak-anak untuk bermain sambil bermimpi. Ayo bermimpi dan lalu
mewujudkannya. Kegiatan mereka mengajak anak-anak untuk berani bermimpi,
berbagi informasi berbagai profesi yang bisa diraih oleh anak-anak tersebut.
Prioritas daerah komunitas ini adalah sekolah dasar
di daerah-daerah terpencil, terisolir oleh konktur daerah pegunungan,
perbukitan, atau bahkan daerah padat penduduk yang tingkat perekonomian
lingkungan sekolah tersebut menengah ke bawah.
2 komunitas ini didirikan, setelah mengetahui dengan
miris, saat anak-anak tersebut ditanyakan apa cita-citanya setelah bersekolah
nanti? Mereka rata-rata menjawab jenis pekerjaan dari orang tua mereka, yakni
buruh tani, buruh angkut,dan pekerjaan-pekerjaan sejenis itu. Maka mengetahui
miskinnya informasi terkait jenis profesi-profesi diluar lingkungan mereka
itulah, akhirnya 2 komunitas ini dibentuk. Untuk menunjukkan pada anak-anak
minim informasi itu, bahwasanya diluar tembok sekolah nantinya mereka bisa
menjadi apa saja yang mereka inginkan seperti pilot, dokter, pelukis, koki
handal, arsitek, dan lain-lainnya. Membuat, membuka mimpi baru yang sebelumnya
mereka tidak pernah tahu, dan lalu mewujudkannya. Hebat!
Last
but not least,
3. @BUPjogja
BUP kependekan dari Buku untuk Papua. Dari nama
komunitasnya, kita sudah mengetahui bahwa mereka bergerak dibidang pengumpulan
buku untuk didistribusikan ke Papua. Tanah paling timur di Indonesia dengan
konktur daerah berupa perbukitan, pegunungan, hutan tropis lebat yang masih alami. Dan kondisi
itulah yang menjadi salah satu alasan lambatnya pemerataan perangkat sekolah
yang memadai. Namun, komunitas @BUPjogja ini mampu menjawab tantangan itu.
dengan ketersediaan jejaring yang rapi antar komunitas di pulau Jawa dan di
Papua, lalu koordinasi yang tepat, pendistribusian buku mudah tersalurkan ke
segala pelosok Papua. Seperti tag line @BUPjogja: Our Passion isn’t collecting
books, but distributed knowledges.
Saya mengamati, bahwa kampanye dan
berbagai program menarik di akun komunitas sangat intens dilakukan. Kemudian
oleh followersnya di re-tweet, berantai oleh followers berikutnya, begitu
seterusnya. Jadi, semakin banyak yang mengetahui eksistensi mereka, tujuan mulia
yang dilakukan, terbuka kemungkinan diantara followers menjadi relawan atau
bahkan donatur tetap komunitas ini, semakin hari semakin bertambah, dengan
kekuatan jangkauan internasional dari jejaring media sosial ini. Dahsyat bukan?
Jadi tidak harus menunggu dan
melimpahkan semua ke pemerintah. Kita bisa memilih untuk menjadi pribadi yang
lebih kreatif, pribadi yang lebih peka, lalu action, bergerak!
Seperti quote
terkenal dari John F Kennedy, presiden Amerika Serikat: Jangan tanyakan apa
yang negaramu bisa lakukan untukmu, tapi tanyakan apa yang bisa kamu lakukan
untuk negaramu.
Yah, hidup itu memang pilihan.
Seperti para pendiri komunitas-komunitas ini, mereka memilih untuk swadaya
masyarakat melalui akun media sosial, twitter, demi dunia pendidikan yang
merata, demi impian-impian indah anak-anak Indonesia, demi tercapainya
pengharapan hidup yang lebih layak untuk anak-anak Indonesia. Mari menjadi
bagian dari pergerakan komunitas-komunitas ini. Sederhana saja, dengan
memfollow mereka, lalu me-re-tweet berita-berita mereka, kita sudah turut andil
menyebarluaskan kegiatan-kegiatan positif yang mereka lakukan.
Sungguh hidup itu pilihan, memang.
Termasuk dalam penggunaan positif media sosial untuk dunia pendidikan
Indonesia.
pic by @piknikmuseum . . . aku pinjem dulurs
re-post
re-post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar