Translate

Kamis, 08 Januari 2015

Pendidikan featuring Akun Media Sosial



Bantu Pendidikan Anak-Anak Indonesia dengan Akun Media Sosialmu
Oleh RioRio

                Hidup itu pilihan, memang. Terdengar klise, tapi benar adanya. Berawal dari kecintaan akan biji kopi, saya membuat 1 akun disalah satu sosial media yakni twitter karena ingin menjadi followers sebuah warung kopi sederhana yang mengusung konsep unik seperti sebuah klinik. Iya, pertengahan Desember, saya membuat 1 akun twitter dan langsung following @klinikkopi untuk mengetahui berbagai macam jenis kopi yang dijual, jam operasionalnya, mempelajari kopi dan penyajiannya yang benar dari kultwit-kultwitnya. 

            Saya juga memperhatikan bahwa ada yang cukup unik dari akun twitter @klinikkopi ini. Apa itu? Si Pemilik akun, mas Pepeng, selalu rajin me-retweet kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan beberapa komunitas pecinta dunia pendidikan. Dan saat saya menulis artikel ini @klinikkopi sudah mempunyai 2632 followers. Jadi sekalinya me-retweet, ada 2632 followers yang siap menerima informasi tersebut. Rantai-berantai, itu keunggulan menjadi aktif di akun sosial media. Mengapa? Dari ribuan followers @klinikkopi, diantaranya ada juga yang memiliki ribuan followers. Saya contohkan disini, seperti akun twitter @ardhi_qeju dengan 1459 followers pendukung komunitas @cacjogja, @fanbul salah satu penggiat sosial di @saungmimpi dengan 4870 followers, @marcokilima salah satu pendiri BUP ( Buku untuk Papua ) Jogja dengan 612 followers, dan masih banyak akun twitter yang lain. Itu berarti semakin meluaslah informasi-informasi hasil dari re-tweet berantai tersebut.

              Kembali ke dunia pendidikan. Ternyata mulai banyak kawula muda yang menggunakan keuntungan positif akun media sosial ini yang digunakan oleh penggerak-penggerak muda sebagai sarana untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan anak bangsa. Berikut beberapa contoh akun twitter mereka yang bergerak dan fokus di dalam dunia pendidikan:

1.      @cacjogja
Awal saya mengetahui komunitas ini, saat datang pertama kali ke @klinikkopi. Mas Pepeng, si pemilik klinik kopi, selalu menunjuk 1 celengan dari seng berwarna dasar krem muda dengan bentuknya silinder memanjang keatas bergambar anak-anak sedang bersekolah. Di gambar itu, tampak senyum kegembiraan diwajah mereka. Mungkin karena bisa bernafas lega bisa terus melanjutkan sekolah.

Tag line mereka cukup menarik: Receh nggak Remeh!
Seperti kepanjangannya cac adalah coin a chance. Komunitas ini mengumpulkan koin-koin dari donatur dengan cara menaruh puluhan celengan kecil ke berbagai hotel, restoran, atau café-café. Istilah mereka, dropping point, lalu mengambilnya setiap bulan untuk disalurkan kepada anak-anak yang kurang mampu dari tingkat SD hingga SMP. Menarik sekali bukan? Dari hanya sekedar recehan, mampu untuk membiayai sekolah anak-anak kurang mampu.
2.      @saungmimpi dan @kelasinspirasi

2 akun ini bergerak dikegiatan sosial yang hampir sama, yaitu: berbagi inspirasi lewat profesi , kalimat ini adalah tag line dari: @kelasinspirasi, kepada anak-anak khususnya tingkat sekolah dasar .
Sesuai tag line masing-masing akun, untuk @saungmimpi, sebagai berikut: kegiatan sosial berbentuk sekolah keliling yang mengajak anak-anak untuk bermain sambil bermimpi. Ayo bermimpi dan lalu mewujudkannya. Kegiatan mereka mengajak anak-anak untuk berani bermimpi, berbagi informasi berbagai profesi yang bisa diraih oleh anak-anak tersebut.
Prioritas daerah komunitas ini adalah sekolah dasar di daerah-daerah terpencil, terisolir oleh konktur daerah pegunungan, perbukitan, atau bahkan daerah padat penduduk yang tingkat perekonomian lingkungan sekolah tersebut menengah ke bawah.

2 komunitas ini didirikan, setelah mengetahui dengan miris, saat anak-anak tersebut ditanyakan apa cita-citanya setelah bersekolah nanti? Mereka rata-rata menjawab jenis pekerjaan dari orang tua mereka, yakni buruh tani, buruh angkut,dan pekerjaan-pekerjaan sejenis itu. Maka mengetahui miskinnya informasi terkait jenis profesi-profesi diluar lingkungan mereka itulah, akhirnya 2 komunitas ini dibentuk. Untuk menunjukkan pada anak-anak minim informasi itu, bahwasanya diluar tembok sekolah nantinya mereka bisa menjadi apa saja yang mereka inginkan seperti pilot, dokter, pelukis, koki handal, arsitek, dan lain-lainnya. Membuat, membuka mimpi baru yang sebelumnya mereka tidak pernah tahu, dan lalu mewujudkannya.  Hebat!


Last but not least,
3.      @BUPjogja
BUP kependekan dari Buku untuk Papua. Dari nama komunitasnya, kita sudah mengetahui bahwa mereka bergerak dibidang pengumpulan buku untuk didistribusikan ke Papua. Tanah paling timur di Indonesia dengan konktur daerah berupa perbukitan, pegunungan, hutan  tropis lebat yang masih alami. Dan kondisi itulah yang menjadi salah satu alasan lambatnya pemerataan perangkat sekolah yang memadai. Namun, komunitas @BUPjogja ini mampu menjawab tantangan itu. dengan ketersediaan jejaring yang rapi antar komunitas di pulau Jawa dan di Papua, lalu koordinasi yang tepat, pendistribusian buku mudah tersalurkan ke segala pelosok Papua. Seperti tag line @BUPjogja: Our Passion isn’t collecting books, but distributed knowledges.
            Saya mengamati, bahwa kampanye dan berbagai program menarik di akun komunitas sangat intens dilakukan. Kemudian oleh followersnya di re-tweet, berantai oleh followers berikutnya, begitu seterusnya. Jadi, semakin banyak yang mengetahui eksistensi mereka, tujuan mulia yang dilakukan, terbuka kemungkinan diantara followers menjadi relawan atau bahkan donatur tetap komunitas ini, semakin hari semakin bertambah, dengan kekuatan jangkauan internasional dari jejaring media sosial ini. Dahsyat bukan?

            Jadi tidak harus menunggu dan melimpahkan semua ke pemerintah. Kita bisa memilih untuk menjadi pribadi yang lebih kreatif, pribadi yang lebih peka, lalu action, bergerak!
Seperti quote terkenal dari John F Kennedy, presiden Amerika Serikat: Jangan tanyakan apa yang negaramu bisa lakukan untukmu, tapi tanyakan apa yang bisa kamu lakukan untuk negaramu.

            Yah, hidup itu memang pilihan. Seperti para pendiri komunitas-komunitas ini, mereka memilih untuk swadaya masyarakat melalui akun media sosial, twitter, demi dunia pendidikan yang merata, demi impian-impian indah anak-anak Indonesia, demi tercapainya pengharapan hidup yang lebih layak untuk anak-anak Indonesia. Mari menjadi bagian dari pergerakan komunitas-komunitas ini. Sederhana saja, dengan memfollow mereka, lalu me-re-tweet berita-berita mereka, kita sudah turut andil menyebarluaskan kegiatan-kegiatan positif yang mereka lakukan.

            Sungguh hidup itu pilihan, memang. Termasuk dalam penggunaan positif media sosial untuk dunia pendidikan Indonesia.

pic by @piknikmuseum . . . aku pinjem dulurs 

re-post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar