Translate

Rabu, 03 September 2014

FIRASAT: Antara Helm dan Kalimat Istighfar


God saved me over and over

“Mam, aku pakai helmmu ya, lebih pas dikepala.” Pamitku.

01.09.2014, pukul 18.15 WIB

Terjadi lagi. Kecelakaan di jalan, ditengah jalan akses tol Suramadu persis selepas jembatan penyebrangan sisi Surabaya.

Saat itu aku baru saja keluar dari gang rumah temen disekitar daerah Suramadu sisi Surabaya. Sebelumnya aku membeli bensin eceran disepanjang gang itu. Biasanya aku menyiapkan uang secukupnya . Tapi aku lupa, dan akhirnya ngeluarin dompet, dan ngambil uang 50 ribuan karena gak ada pecahan yang lebih kecil lagi untuk bayar bensinnya. Dihati dah gak enak sih ditambah lagi wilayah tersebut memang cukup rawan kejahatan.

Salah satu safety riding itu: HELM ber-SNI. Lalu 2 spion lengkap.

Aku selalu mawas diri terutama bila naik motor di jalan raya. Seperti saat itu, pas aku ngelirik spion kiri aku, ada beberapa motor di belakangku, dan satu motor yang terlalu dekat bahkan berusaha mepet kearahku.

Merasa ada gelagat gak baik, aku ngerem pelan, biar tak membuat kaget pemakai motor lain dibelakangku. Dan satu motor itu, dengan 2 orang cowok tanpa helm, usianya sekitar 20 tahunan, cukup bersih, dua-duanya menggunakan celana selutut, menoleh, dan memelankan laju motornya juga. 

Aku pikir hanya pemuda iseng yang biasanya godain: “ cewek, cewek…”  dan berlalu seperti biasanya.

Tapi itu tidak. Tiba-tiba mereka memotong jalur motorku. Jelas, aku kehilangan kendali. Aku masih ingat tiap detilnya. Aku pun masih sadar tatkala berucap cukup keras, beristighfar, Astaghfirullah hal adzim, "Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung".

Kemudian aku terjatuh miring ke kiri. Pemuda yang dibonceng masih melihat kearahku,  sedang rekannya menggenjot kencang motor. Lalu aku terseret hingga berhenti dipembatas jalan, bersyukur HELMku tak lepas.  Pasrah. Ya, sudahlah, ini musibah. Masih dengan sadarku. Aku membiarkan kaki kiriku kegencet motor. Masih menenangkan dan mengurangi trauma yang baru terjadi sepersekian detik tadi.

Orang-orang mulai membantuku. Kembali bersyukur, motorku diberdirikan. Kuncinya diselamatkan untuk diserahkan ke aku. Tasku masih utuh,  lengkap dengan isinya, seseorang menggesernya kearah tanganku, “Mbak, tasnya dijaga.”  Balas tersenyum, bilang terima kasih kekerumunan orang. Hanya kacamataku yang sepertinya terlontar keluar, dan hilang.

Kerumunan berkurang, aku cukup tenang untuk berdiri, dan siap-siap meminggirkan sepedaku, saat satu cowok masih muda, dia penjual kaki lima disekitar kejadian menawarkan bantuan. Dan, aku percaya begitu saja, kuserahkan kunci motorku.

Akses tol Suramadu itu baik sisi Madura maupun Surabaya terbagi 4 jalur. 2 kanan, 2 kiri. Untuk 2 lajur utama dipisahkan selokan cukup lebar sekitar 3-4 meter. Nah, lajur kanan dan kiri yang paling pinggir diperuntukkan untuk pengguna jalan yang rumahnya disekitar akses tol itu yang dipisah oleh pembatas jalan dengan lebar sekitar 30cm. Jadi bisa dibayangkan bahwa pemuda itu harus mengitari selokan besar itu, kira-kira 500-800an meter baru ada tikungan menuju lajur paling kiri arah ke Madura.

Yang pertama kali aku telepon, temanku tentunya. Karena jelas, dia akan lebih cepat sampai. Barulah keluargaku yang di Madura.

Pemuda itu memarkirkan motornya didekatku duduk, langsung menyerahkan kuncinya. Dan nungguin hingga temanku dan kakak laki-lakinya datang. Beberapa orang masih mengerumuni aku.

“Ya, Allah, mbak mau dijambret itu.”
“Disini daerah rawan mbak.”
“Baru kemarin, istriku kenak kalungnya, ya pas di bawah jembatan itu mbak.”
Kalimat-kalimat bergantian seliweran ditelinga.

“Ya, pak. Aku tadi sempet memperhatikan spion, makanya aku sadar kalau mau dijambret.”
“Oalah, untung mbak tahu.” Kata, ibu-ibu yang juga kasihan lihat aku.

Keluargaku menjemput aku dan motorku sekitar pukul 20.00 WIB, dan langsung memeriksakanku ke dokter umum di Bangkalan.
Alhamdulillah, hanya cedera ringan, luka-luka beset.

Semoga Allah segera menunjukkan jalan yang benar kepada mereka-mereka ini. Masih banyak kerjaan positif yang bisa mendatangkan uang.

***

Juli 2009, dengan motor yang sama, didaerah yang sama, hanya yang sebelumnya dah keluar akses tol Suramadu sisi Surabaya, aku ditabrak dari belakang.
Di jalan yang ramai seperti itu, sungguh hanya perlindungan dariNya-lah yang menyelamatkanku.
Tak ada sepeda motor, mobil, bahkan truk yang selalu melewati jalan raya berada tepat dibelakangku saat aku tersungkur. Meski ada pun, entah bagaimana, posisi mereka, hingga satu pun tak ada yang menimpaku.

Allah menyelamatkanku kembali. Allah dengan kehendakNya. Allah dengan tujuanNya.
Akan selalu berusaha menjadi yang lebih baik dan hidupku ini bisa lebih banyak bermanfaat untuk orang-orang yang lebih banyak juga.