God saved me over and over
“Mam, aku pakai helmmu ya, lebih pas dikepala.” Pamitku.
01.09.2014, pukul 18.15 WIB
Terjadi lagi. Kecelakaan di jalan, ditengah jalan akses tol
Suramadu persis selepas jembatan penyebrangan sisi Surabaya.
Saat itu aku baru saja keluar dari gang rumah temen
disekitar daerah Suramadu sisi Surabaya. Sebelumnya aku membeli bensin eceran
disepanjang gang itu. Biasanya aku menyiapkan uang secukupnya . Tapi aku lupa,
dan akhirnya ngeluarin dompet, dan ngambil uang 50 ribuan karena gak ada
pecahan yang lebih kecil lagi untuk bayar bensinnya. Dihati dah gak enak sih
ditambah lagi wilayah tersebut memang cukup rawan kejahatan.
Salah satu safety riding itu: HELM ber-SNI. Lalu 2 spion
lengkap.
Aku selalu mawas diri terutama bila naik motor di jalan
raya. Seperti saat itu, pas aku ngelirik spion kiri aku, ada beberapa motor di
belakangku, dan satu motor yang terlalu dekat bahkan berusaha mepet kearahku.
Merasa ada gelagat gak baik, aku ngerem pelan, biar tak
membuat kaget pemakai motor lain dibelakangku. Dan satu motor itu, dengan 2
orang cowok tanpa helm, usianya sekitar 20 tahunan, cukup bersih, dua-duanya
menggunakan celana selutut, menoleh, dan memelankan laju motornya juga.
Aku pikir hanya pemuda iseng yang biasanya godain: “ cewek,
cewek…” dan berlalu seperti biasanya.
Tapi itu tidak. Tiba-tiba mereka memotong jalur motorku. Jelas,
aku kehilangan kendali. Aku masih ingat tiap detilnya. Aku pun masih sadar
tatkala berucap cukup keras, beristighfar, Astaghfirullah hal adzim, "Aku
mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung".
Kemudian aku terjatuh miring ke kiri. Pemuda yang dibonceng
masih melihat kearahku, sedang rekannya
menggenjot kencang motor. Lalu aku terseret hingga berhenti dipembatas jalan,
bersyukur HELMku tak lepas. Pasrah. Ya,
sudahlah, ini musibah. Masih dengan sadarku. Aku membiarkan kaki kiriku
kegencet motor. Masih menenangkan dan mengurangi trauma yang baru terjadi
sepersekian detik tadi.
Orang-orang mulai membantuku. Kembali bersyukur, motorku
diberdirikan. Kuncinya diselamatkan untuk diserahkan ke aku. Tasku masih
utuh, lengkap dengan isinya, seseorang
menggesernya kearah tanganku, “Mbak, tasnya dijaga.” Balas tersenyum, bilang terima kasih
kekerumunan orang. Hanya kacamataku yang sepertinya terlontar keluar, dan
hilang.
Kerumunan berkurang, aku cukup tenang untuk berdiri, dan
siap-siap meminggirkan sepedaku, saat satu cowok masih muda, dia penjual kaki
lima disekitar kejadian menawarkan bantuan. Dan, aku percaya begitu saja,
kuserahkan kunci motorku.
Akses tol Suramadu itu baik sisi Madura maupun Surabaya
terbagi 4 jalur. 2 kanan, 2 kiri. Untuk 2 lajur utama dipisahkan selokan cukup
lebar sekitar 3-4 meter. Nah, lajur kanan dan kiri yang paling pinggir
diperuntukkan untuk pengguna jalan yang rumahnya disekitar akses tol itu yang
dipisah oleh pembatas jalan dengan lebar sekitar 30cm. Jadi bisa dibayangkan
bahwa pemuda itu harus mengitari selokan besar itu, kira-kira 500-800an meter
baru ada tikungan menuju lajur paling kiri arah ke Madura.
Yang pertama kali aku telepon, temanku tentunya. Karena
jelas, dia akan lebih cepat sampai. Barulah keluargaku yang di Madura.
Pemuda itu memarkirkan motornya didekatku duduk, langsung
menyerahkan kuncinya. Dan nungguin hingga temanku dan kakak laki-lakinya
datang. Beberapa orang masih mengerumuni aku.
“Ya, Allah, mbak mau dijambret itu.”
“Disini daerah rawan mbak.”
“Baru kemarin, istriku kenak kalungnya, ya pas di bawah
jembatan itu mbak.”
Kalimat-kalimat bergantian seliweran ditelinga.
“Ya, pak. Aku tadi sempet memperhatikan spion, makanya aku
sadar kalau mau dijambret.”
“Oalah, untung mbak tahu.” Kata, ibu-ibu yang juga kasihan
lihat aku.
Keluargaku menjemput aku dan motorku sekitar pukul 20.00
WIB, dan langsung memeriksakanku ke dokter umum di Bangkalan.
Alhamdulillah, hanya cedera ringan, luka-luka beset.
Semoga Allah segera menunjukkan jalan yang benar kepada
mereka-mereka ini. Masih banyak kerjaan positif yang bisa mendatangkan uang.
***
Juli 2009, dengan motor yang sama, didaerah yang sama, hanya
yang sebelumnya dah keluar akses tol Suramadu sisi Surabaya, aku ditabrak dari
belakang.
Di jalan yang ramai seperti itu, sungguh hanya perlindungan
dariNya-lah yang menyelamatkanku.
Tak ada sepeda motor, mobil, bahkan truk yang selalu
melewati jalan raya berada tepat dibelakangku saat aku tersungkur. Meski ada
pun, entah bagaimana, posisi mereka, hingga satu pun tak ada yang menimpaku.
Allah menyelamatkanku kembali. Allah dengan kehendakNya.
Allah dengan tujuanNya.
Akan selalu berusaha menjadi yang lebih baik dan hidupku ini
bisa lebih banyak bermanfaat untuk orang-orang yang lebih banyak juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar