Translate

Rabu, 16 April 2014

Sunset Bersamamu


Sunset Bersamamu

“Abi, sini, dong.” Aku menarik tangannya. Yang dipanggil sedang sibuk selfie berbagai gaya. Dasar, Abi.
***
“Riyu, ini.” Pada suatu malam. Selepas Abi pulang dari kantor.
“Apa itu?”, tanyaku. Abi mengisyaratkan aku untuk segera membuka amplop yang dia sodorkan. Amplop putih dengan logo warna merah, logo salah satu provider telekomunikasi di Indonesia, tempat Abi bekerja. Aku cepat-cepat membukanya hingga membuat bentuk amplop robek tak karuan. Abi hanya geleng-geleng melihat tingkahku.
“Aaak, Abiiiii. Tiket pesawat ke Bali.” Aku yang duduk selonjoran langsung berdiri memeluk Abi yang saat itu sedang melepas sweater hijau botol v-neck koleksi merk ternama dengan logo Z, kesayangan Abi.
Dan Abi seperti biasa, pura-pura ketus.
“Kok, seneng. Excited gitu. Bukannya kamu gak suka Bali.”
Aku melepas pelukanku.
“Ih, itu kan dulu, Bi.” Sambil aku kibas-kibas 2 tiket itu dan beranjak ke dapur untuk menghangatkan makanan untuk Abi.
Abi tahu bahwa aku suka kejutan, manis! Lagian siapa sih yang gak suka kejutan? Eh, ada kali yha.
Kata Abi juga, kebetulan ada tiket promo, murah. Anggaplah itu kado pernikahan kami yang kedua.
Aih, tumben Abi romantis.
Iya, dulu aku kurang menyukai Bali. Karena sepengetahuanku, Bali itu hanya Kuta. Bali itu bising. Sudah terlalu ramai. Pendapat picisan dari seseorang yang bahkan hingga umur ke 30 tahun belum menyentuh, Bali! Tapi sudah berani berpendapat seperti itu.
But, Hei. Lihatlah sekarang. Didepan mataku. Aaak, pasir putih, laut biru, langit biru, awan tipis berarak pelan. Untaian nada dari deburan ombak. Here we are, The Bay Bali. Dan, romantisnya lagi, hanya berdua dengan suami tersayang, Abi-ku.
          Aku, laper, Riyu.” Abi, merajuk.
Ahahaa, iya, Abi-ku, orangnya  manja. Abi bilang, dia memilihku, agar dia bisa bermanja-manjaan denganku. Bukan sebaliknya. Issh, Abi. Riyu juga butuh dimanja loh.
“Bi, bebek bengil, yuk.” Ajakku. Abi mengangguk.
Set restonya, menentramkan, ada beberapa bale etnik dengan konsep lesehan. Sepanjang jalan masuk menuju resto, kanan kiri jalan, dipenuhi tanaman yang tumbuh rimbun. Ada beberapa lampu hias yang terpajang berjarak. Hhhm, menikmati senja temaram di resto ini, pasti bertambah romantis. Tapi ini masih masuk waktu makan siang. Abi-ku sudah kelaparan.
Kami berdua sepakat memilih menu bebek dengan sambal cabe hijau. Paduan pedas dan gurihnya mantap, terasa saat daging bebek empuk, masuk ke langit-langit mulut kami. Kami lahap. Hanya sekian menit dari penyajian para pramusaji, ludes sudah. Minumnya, kami memilih minuman dingin, dahaga luar biasa diteriknya pantai musim panas. Minuman cantik, aku bilang. Terdiri dari 3 lapisan warna, hijau, kuning pucat ditengahnya, dan yang paling atas merah menyala. Rasanyaaa, boom. Menyegarkan.
“Ayuk.” Ajak Abi.
Kami keluar resto menuju suatu tempat di salah satu spot The Bay Bali. Abi tergesa-gesa melangkah, dan aku setengah berlari mengejarnya. Sore mulai menjelang, saat kami selesai makan, dan lalu mengobrol santai di resto bebek bengil.
“Kemana sih, Bi?”, tanyaku penasaran.
“Sudah, ikut saja.” Jawab, Abi. Tanpa menurunkan tempo langkah kakinya.
Dan, kemudian, Abi, tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Dan, kemudian, aku tiba-tiba, menubruk tubuhnya.
“Sini.” Abi menggandeng tanganku. Aku menjejerinya. “Lihat itu.” Lanjutnya.
Mulutku menganga, kedua tanganku reflek menutupinya. Pelan, aku melangkah mendekatinya. Matahari di ufuk barat mulai tenggelam. Menyisakan guratan jingga dilangit, berbaur dengan abu-abu muda temaram warna langit senja. Pecinta senja. Di sudut sana, di dekat karang pantai. Ada deretan kursi-kursi berjejer 4 atau 5 baris. Terbagi dua di kanan dan kiri. Dipisah oleh lapisan bunga mawar warna merah, yang disusun rapi sebagai jalan titian menuju gapura simetris yang terpasang kokoh diatas pasir putih.
Aku melangkah diatas untaian kelopak mawar. Harum. Wangi. Indah. Semakin dramatis, saat aku memejamkan mataku, menuju mimbar atau semacam gapura tempat biasanya calon pengantin dipertemukan setelah ijab kabul resmi. dan, tepat didalam dilengkungan gapura, matahari terbenam sempurna. Angin pantai semilir, membuat riak hingga ujung-ujung kerudungku, bergerak tak beraturan. Cahaya matahari padam sempurna. Digantikan oleh permainan cahaya cantik, lilin-lilin berwarna merah.
“Ehem.” Abi berdehem di belakangku. Reflek, aku menoleh. Abi, sudah tersenyum manis.
“Our dreaming wedding, isn it?”
Aku tersenyum mengangguk. Iya, inilah sebenarnya pernikahan yang kami berdua inginkan. Sederhana, dengan mengundang segelintir keluarga dan sahabat. Di pinggir pantai, di suatu tempat, di Bali. Tapi, ya sudahlah. Bagaimanapun, saat itu kami sepakat, kebahagiaan orang tua, nomor satu. Jadilah, pesta pernikahan kami gede-gedean, dengan 1000 undangan tersebar dan hampir 2000 orang memenuhi gedung resepsi kami.
“Happy anniversary, dear. Thanks God, tahun kedua telah terlewati, meski tidak mulus.” Ucap Abi, lirih. Lalu mengecup lembut tepat dibibirku. Dan, aku balas memeluknya, erat. Jangan pernah tinggalkan aku, Bi. Balasku, dalam hati.
Tok, tok. Suara ketukan di pintu kamar hotel.
“Abi, bukain dong…” ucapku, setengah sadar.
Tidak ada respon dari Abi. Aku tersentak. Ah, iya. Aku mengucek-ngucek mata, mengerjap-ngerjapkannya. Mencoba menyempurnakan ruhku, yang belum sepenuhnya terkumpul.
“Iya, siapa?” tanyaku malas-malasan.
“Room service.” Ucap suara diluar.
“Mohon kembali 1 jam lagi.” balasku.
“Baik, Ibu. Maaf.” Terdengar, suara langkah kaki menjauh dari balik pintu.
Aku membuka daun jendela, lebar-lebar. Menyibakkan tirainya. Melangkah gontai ke pinggir balkon kamar hotel.
Masih terasa ada Abi disebelahku. Tertidur pulas, berselimutkan penuh menutupi tubuhnya, seperti kebiasaannya selama ini. Dan, aku sangat menikmati pemandangan itu.
Abi, ini hotel yang sama, namun dengan kamar yang berbeda, dan tanpa kamu disisiku. Aku mendesah pelan. Mencoba menikmati, sisa pagi hari ini…
Manusia hanya bisa berencana. Tepat menjelang perayaan pernikahan ketiga kami.
“Riyu.” Panggil Abi, pelan. Pada suatu malam, di rumah kontrakan kami, di Surabaya. Aku sudah merasakan ini hampir setahun terakhir, tinggal menunggu gong dari Abi.
“Dalam plan aku kedepan, sudah tidak ada namamu didalamnya.” Datar. Lirih.
Aku hanya tertunduk. Diam, membisu. Aku tahu siapa Abi. Seseorang yang kalau sudah mempunyai keputusan, sulit untuk disanggah, apalagi diubah. Kalimat itu keputusan bulat seorang Abi. Dan, aku hanya bisa mengiyakan. Abi menyerah dalam proses penyatuan dua pemikiran individu dalam ikatan suci tali pernikahan.
Lenyap sudah, mimpi-mimpi indahku, yang masih terajut, berakar dalam hatiku.
Aku melepasmu dalam kemudahan, tak merepotkanmu dengan rajukan-rajukan memaksamu kembali. Tak menghantuimu dengan sms-sms tak wajar, atau bahkan teror telepon, seperti yang mungkin dilakukan oleh wanita lain yang diputuskan secara sepihak.
Mencoba mengamini kalimat Abi, kelak, kita akan bahagia dijalan masing-masing, Riyu.


 *Blog ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek menulis Letters of Happiness: Share your Happiness with the Bay Bali & Get Discovered! www.thebaybali.com

Kamis, 03 April 2014

farewell email: life is an adventure

asslm rekan rekan

bersamaan dengan diterimanya email ini, ijinkan saya untuk
mengundurkan diri dari dunia call center infomedia tepat setelah 7
tahun 7 bulan ( angka kembar, apik ^^ ) keberadaan saya disini untuk
menggapai ilmu: SERVICE EXCELLENT!

terima kasih buat semua rekan rekan di seluruh divisi lantai 12 dan 12A
terima kasih buat IBC dan OBC, saya jadi 'kaya' pengetahuan di 2 dunia
berbeda itu...

dan sebagai manusia yang teramat biasa, yang juga ingin meraih
surgaNya ( asik3 ), pastinya banyak kesalahan kesalahan terjadi baik
yang disengaja atau tidak, maka dikesempatan kali ini, ijinkan saya
untuk:
1. meminta maaf pada rekan rekan semua dan,
2. bilamana saya ada utang, mohon japri ya, akan kuselesaikan, segera...hihiii

bersyukur saya hidup dijaman skype, WA, line, sms, telepon dan
berbagai teknologi canggih lainnya, hingga resign itu tak berasa
sebuah perpisahan tanpa komunikasi...keep in touch keep cool keep calm

demikianlah farewell email ini saya buat, dan kini, tiba saatnya saya
merambahi, menapaki, menjelajahi 'dunia baru' diluar sana...coz life
is an adventure, doakan saya rekan rekan

wsslm

"As long as there was coffee in the world, how bad could things be?"


*best regards*



Ika Maria S

Talk Less Do More!!!

re-post email 20.11.2013